Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Jumat, 17 Juni 2016

Tulisan 3 psikoterapi (terapi bermain)

Anggitha Trianti N
11513025
3PA14

Contoh kasus terapi bermain

Ardi adalah anak laki laki yang berusia sekitar 7 tahun yang akan melakukan operasi disebuah rumah sakit swasta, namun ardi sangatlah ketakutan membayangkan dirinya akan dioperasi , lalu perasaan takut ardi di transformasikan ke perasaan marah pada staf rumah sakit, suster dan juga kepada dokternya, ardi terus berteriak dan marah marah kepada staf rumah sakit , lalu orangtua ardi pun merasa malu memiliki anak lelaki yang penakut seperti itu dan orangtua ardi mengatakan sesuatu kepada ardi bahwa meminta ardi untuk tidak bertingkah laku seperti itu dan menjanjikan ardi akan membelikan sepeda baru apabila ardi tidak lagi bertingkah laku demikian, maka ardi pun menurut tetapi hal yang ditimbulkan malah menjadi buruk, ardi menderita ashma dikarenakan perasaan takutnya dan kesedihannya tidak dapat diekspresikan , yang mana menurut roger : bahwa apabila perasaan anak sering ditolak oleh orangtua melalui kritik, hukuman dan interpretasi ulang yang tidak tepat. Maka ardi pun diberikan terapi terlebih dahulu dan tugas terapis tersebut pertama haruslah dapat menciptakan hubungan yang hangat dan bersahabat dengan anak, ruangan terapi juga harus dirasakan anak sebagai ruangan yang aman dan nyaman, lalu terapis harus menerima anak apa adanya tanpa pujian dan kritik, terapis harus handal mengajak bicara anak agar anak nyaman dan mau bercerita sedikit demi sedikit ini termasuk dalam tahapan terapi bermain , biasanya anak menyukai cerita tidak jauh dari teman khayalan seperti binatang ataupun orang, lalu terapin juga harus dapat menciptakan iklim yang permisif terkain dengan penggunaan permainan dan waktu bermain untuk setiap alat, dan jangan sekali sekali memaksa anak untuk menjawab sebuah pertanyaan, terapis pun harus dapat mengenali perasaan anak dan berusaha untuk merefleksikan kembali kepada anak, membantu anak untuk dapat memperoleh insight, lalu terapis harus dapat menghargai anak dan memandang bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, kesuksesan sebuha terapi berada di tangan anak itu sendiri, kita sebagai terapi harus dapat membangkitkan rasa percaya diri sia ank tersebut, anak memimpin terapi dan terapis mengikuti tidak ada pertanyaan , kritik , arahan , saran , penguatan, persetujuan mengenai perilaku anak, biarkan anak bermain sesuai dengan kemauan dan kejujuran serta kenyamanan dirinya sendiri , terapi tidak boleh dilakukan dengan terburu - buru , ada batasan yang perlu ditentukan sejak awal, bahwa batasan tersebut mengarahkan anak pada sebuah kenyataan dan membantu anak untuk memenuhi tanggung jawbnya dan membuat anak merasa aman.
seterlah itupun ardi melewati tahapan terapi melalui terapi bermain dan ardi dapat mengekspresikan diri dengan mencari tokoh imajiner yang sesuai dengan permasalahan yang dialami, seperti pembacaan sebuah cerita ardi pun dibacakan sebuah cerita yang mirip dengan permasalahan yang dialaminya dan terapis menyuruh ardi untuk melanjutkan cerita membantu tokoh dalam cerita tersebut agar dapat keluar dari permasalahannya yang mana sebenarnya ardi diminta untuk dapat menyelesaikan permasalahannya sendiri. lalu ardi pun tanpa sadar mulai paham dan mengerti bagaimana ardi seharusnya berperilaku agar dapat mengesampingkan rasa takutnya untuk dioperasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About